23 November 2001
Malang, KBI Gemari
Ir.Hadi Sunarno, selaku Koordinator Komisaris dan atas nama para Pemegang Saham menyatakan dari data-data keuangan menunjukkan bahwa BPR Nusamba Group telah lolos dari ketentuan yang telah ditetapkan oleh Bank Indonesia, sehingga tidak ada satupun BPR yang dilikuidasi. Hal tersebut dinyatakannya pada acara pembukaan Raker BPR Nusamba Group di Hotel Kusuma Agro Wisata, Batu Malang, Senin, 12 Nopember 2001.
Lebih jauh dijelaskan bahwa sampai dengan September 2001, jumlah kantor sebanyak 28 buah terdiri dari 20 kantor induk, 2 kantor cabang dan 6 buah kantor kas pelayanan. Mengenai tingkat kesehatan dari 20 BPR disebutkan 19 berkatagori ‘SEHAT’ dan 1 BPR masih ‘cukup sehat’. Untuk tingkat kecukupan modal (CAR) seluruh BPR Nusamba secara konsolidasi rata-rata sebesar 26,82%, sedangkan tingkat kredit bermasalah (BDR) per September 2001 secara konsolidasi rata-rata tinggal 3,37%.
Pada Raker ke 12 BPR Nusamba yang dibuka Ketua I Yayasan Dsamandiri Prof.DR.Haryono Suyono, yang dihadiri para komisaris dan direksi BPR Nusamba seluruh Indonesia, Ir. Hadi Sunarno juga menyatakan penghargaan usaha keras BPR Nusamba Tanjungsari yang berhasil membebaskan diri dari kondisi ‘Tidak Sehat’ pada Tahun 2000 menjadi ‘Sehat’ menurut penilaian Bank Indonesia Bandung tahun 2001. Demikian juga keberhasilan BPR Rambipuji yang telah mencapai titik impas (BEP) pada Mei 2001 dan bahkan per September telah laba Rp.73 juta. Sedang BPR Nusamba Temon telah mencapai impas per Oktober tahun ini.
Berbicara tentang Total aset BPR Nusamba disebutkan selama kurun waktu September 2000 s/d September 2001, total ativa mengalami pertumbuhan sebesar 32,92% yaitu dari 50,8 milyard menjadi Rp. 67,5 milyar atau secara nominal tumbuh 6,7 milyard rupiah.
Dana masyarakat yang dihimpun dalam bentuk “tabungan” selama setahun tumbuh sebesar 14,52% atau sebesar 2,4 milyar rupiah dari 17,2 milyar pada tahun 2000 menjadi sebesar 19,7 milyar pada September 2001 dengan jumlah nasabah sebanyak 68.649 penabung. Sedang dana masyarakat dalam bentuk deposito selama setahun terakhir tumbuh sebesar 9,6 milyar atau sebesar l67,9% dari sebesar 5,7 milyar menjadi sebesar 15,3 milyar pada September 2001 dengan jumlah nasabah sebanyak l.278 deposan.
Mengenai pelemparan dana dalam bentuk “kredit” atau pinjaman yang diberikan kepada masyarakat, selama setahun terakhir tumbuh sebesar 40,38% atau sebesar 14,4 milyar dari 35,7 milyar pada September 2000 menjadi 50,1 milyar pada bulan September 2001.
Secara keseluruhan, pinjaman tersebut telah membantu pengusaha kecil dan menengah sebanyak 21.317 nasabah yang terdiri dari 15.071 nasabah umum dengan jumlah pinjaman sebesar 41,4 milyar dan 6.246 nasabah PUNDI dengan outstanding pinjaman sebesar Rp. 8,6 milyar.
Pinjaman PUNDI (Pusaka Mandiri) sebagai hasil kerjasama antara BPR Nusamba dan Yayasan Damandiri dalam waktu setahun terakhir perkembangannya menarik. Sesuai anggaran yang tersedia seharusnya pinjaman PUNDI sampai dengan Desember tahun 2001 sebesar Rp 8 milyar. Akan tetapi baru pada bulan September 2001 sudah mencapai angka 8,6 milyar dengan tingkat kemacetan “0” persen. Berdasar kenyataan tersebut Ir.Hadi Sunarno mengharapkan dana program PUNDI Yayasan Damandiri dapat lebih besar lagi.
Dari pengamatan di lapangan menunjukkan minat para nasabah bervariasi. Nasabah perorangan mengaku merasa sangat terbantu dengan kredit BPR yang prosesnya dinilai cepat. Nyoto ds.Pandansari, Kec.ngunut, Tulungagung pengusaha genteng/batu bata dan penggiling lempung serta pembuat Ledok (rakitan kendaraan angkut dengan mesin diesel yang dihubungkan gardan) mengaku sangat terbantu BPR Nusamba.
Hal serupa dinyatakan Sungkono, petani salak ds.Beru, Bajang, Blitar. Dengan pinjaman yang selalu cepat dilunasinya kini ia memiliki 3600 pohon salak siap panen dan 36 pohon durian. Salak paling mati pasaran Rp.2500/kg . Itupun kalau kebetulan musim mangga. Kalau tidak biasanya laku rp.3.500 –Rp.5.000, ucap Sungkono bangga.
Nyi.Renten, ketua PPKBD yang juga Ketua PUNDI I, dari Paciran mengharapkan jumlah kredit dapat ditambah dengan memperhatikan musim. Diambilnya contoh kalau pengrajin jahit menjahit atau bordir akan banyak membutuhkan dana menjelang lebaran karena banyak pesanan. Sedang petani, menjelang musim tanam, perlu tenaga garap, pupuk sehingga perlu dukungan dana, tambahnya. Sedang Riyani, PLKB Kec. Paciran yang diluar dinasnya dipercaya sebagai Pembina Pendamping berharap, merekapun berkesempatan memperoleh kredit tanpa agunan. Disebutkan dirumah kediamannya ia juga berusaha dagang kecil-kecilan, untuk mencukupi kebutuhan anak, ucapnya jujur. ()
qB2/D1
http://kbi.gemari.or.id/beritadetail.php?id=1614
Tidak ada komentar:
Posting Komentar